Saat musim dingin tahun 1984 mulai mencair di Florida, tidak ada yang mengira bahwa pria berpenampilan rapi dan kaya itu akan segera menciptakan teror yang menghantui negeri. Inilah kisah Christopher Bernard Wilder, pria yang kemudian dikenal sebagai "The Beauty Queen Killer" si pembunuh ratu kecantikan.
Masa Kecil yang Bermasalah
Cerita ini dimulai jauh sebelum nama Christopher Wilder menghiasi berita2 utama. Lahir pada 13 Maret tahun 1945 di Sydney, Australia, kelahiran Wilder terjadi di tengah kekacauan Perang Dunia II. Ayahnya, seorang tentara Amerika, sedang bertugas di medan perang saat ia lahir, sebuah ketidakhadiran yang mungkin menjadi tanda awal kehidupan bermasalah yang akan ia jalani.
Hidup Wilder berubah drastis pada usia tiga tahun ketika ia hampir tenggelam di kolam renang keluarga. Dokter menduga insiden ini menyebabkan kerusakan otak yang mempengaruhi perilakunya dikemudian hari. Masa kecilnya berlanjut dengan perilaku yang semakin bermasalah.
Di usia remaja, tanda-tanda gangguan perilaku menjadi lebih jelas. Ketika berusia 17 tahun, ia ditangkap bersama beberapa rekannya karena terlibat dalam kasus pemerkosaan kelompok. Bagi Wilder muda, ini menjadi perkenalan pertamanya dengan sistem peradilan. Pengadilan Australia menjatuhkan hukuman percobaan dan mewajibkannya menjalani terapi kejut listrik, metode kontroversial yang saat itu dianggap bisa menyembuhkan "kecenderungan seksual menyimpang."
Perpindahan ke Amerika dan Kehidupan Barunya
Meninggalkan masa lalunya yang bermasalah, Wilder memutuskan untuk memulai hidup baru. Pada tahun 1969, ia beremigrasi ke Amerika Serikat dan menetap di Boynton Beach, Florida. Di negeri baru ini, ia membangun citra sebagai warga teladan.
Dalam beberapa tahun, Wilder berhasil membangun bisnis kontraktor dan pengembang properti yang sukses. Ia hidup di rumah mewah dengan kolam renang, mengoleksi mobil-mobil mewah, dan bahkan menjadi pembalap mobil amatir di waktu luangnya. Untuk menambah daya tariknya, Wilder juga mengembangkan hobi fotografi dan mulai dikenal sebagai fotografer amatir berbakat.
Namun, diam2 menghanyutkan. Di balik kesuksesan itu, sisi gelap Wilder mulai muncul kembali. Pada tahun 1971, ia ditangkap karena melecehkan seorang remaja. Kasus ini menjadi awal dari rangkaian masalah hukum yang akan ia hadapi. Dalam dekade berikutnya, Wilder ditangkap beberapa kali atas tuduhan serangan seksual, namun ia selalu berhasil lolos dengan hukuman ringan berkat pengacara berbayar mahal dan penampilannya yang meyakinkan di pengadilan.
Modus Operandi dan Korban-Korban Awal
Selama tahun 1970-an hingga awal 1980-an, Wilder mulai mengembangkan modus operandi yang akan menjadi ciri khasnya. Ia memanfaatkan minat dan bakat fotografinya untuk mendekati wanita muda yang bercita-cita menjadi model. Dengan penampilan menarik dan kekayaan yang ia pamerkan, tidak sulit baginya untuk meyakinkan mereka bahwa ia memiliki koneksi di industri modeling.
Pada tahun 1982, ia menghadapi tuduhan penculikan dan percobaan pemerkosaan terhadap dua remaja, namun sekali lagi ia berhasil lolos dengan hukuman percobaan. Sistem peradilan tampaknya tidak mampu mengenali bahaya yang sebenarnya dari pria ini.
Sepanjang tahun 1983, kehidupan Wilder tampak stabil di permukaan. Ia aktif dalam komunitas lokal dan bahkan berhasil masuk ke dalam buku "Who's Who in Florida." Namun, akhir tahun itu membawa perubahan besar bagi Wilder, ia didiagnosis menderita kanker prostat. Beberapa psikolog forensik kemudian berspekulasi bahwa diagnosis ini mungkin menjadi pemicu yang mengubah fantasinya menjadi tindakan nyata.
Awal Teror: Penghilangan Rosario Gonzales
Hari Minggu, 4 Februari tahun 1984, menjadi titik balik dalam kisah Wilder. Hari itu, Rosario Gonzales, model berusia 20 tahun, sedang bekerja di acara Miami Grand Prix untuk mempromosikan produk Merle Norman Cosmetics. Wilder, yang juga berada di lokasi sebagai peserta balapan, terlihat berbicara dengan Gonzales. Ini menjadi kali terakhir Rosario terlihat hidup.
Rosario Gonzales
Ketika Gonzales tidak pulang ke rumah malam itu, keluarganya panik dan segera melaporkan kehilangan. Polisi mulai menyelidiki dan saksi-saksi memberikan informasi tentang pria berpakaian rapi yang terlihat bersama Gonzales. Deskripsi itu mengarah ke Wilder, tapi ia dengan tenang membantah keterlibatannya.
"Saya memang berbicara dengannya sebentar, tapi saya tidak tahu ke mana dia pergi setelah itu," katanya kepada polisi dengan tenang.
Penyelidikan tidak menemukan bukti yang cukup untuk menahan Wilder saat itu, dan tubuh Rosario Gonzales tidak pernah ditemukan.
Hilangnya Elizabeth Kenyon
Hanya dua minggu setelah penghilangan Gonzales, pada 21 Februari 1984, Elizabeth Kenyon, mantan finalis Miss Florida dan guru taman kanak-kanak berusia 23 tahun, juga menghilang. Kasus ini dengan cepat menarik perhatian media karena Kenyon adalah wanita yang terkenal di komunitas lokal.
Elizabeth Kenyon, 23.
Elizabeth terakhir terlihat meninggalkan sekolah tempatnya mengajar di Coral Gables. Ayahnya, William Kenyon, melaporkan kehilangannya dua hari kemudian ketika ia gagal menghubungi putrinya.
Penyelidikan mengungkapkan bahwa Elizabeth memiliki hubungan dengan Wilder. Ia pernah berkencan dengan pria itu dan juga pernah menjadi model untuk sesi fotografinya. Seorang saksi mata melaporkan melihat mobil Wilder di tempat parkir sekolah Elizabeth pada hari ia menghilang.
Ketika polisi menginterogasi Wilder lagi, ia mengaku pernah berkencan dengan Elizabeth tapi membantah bertemu dengannya pada hari penghilangan. Alibinya terbukti lemah, tapi sekali lagi, bukti tidak cukup untuk penahanan.
Sang ayah William Kenyon, frustrasi dengan kemajuan penyelidikan yang lambat, menyewa detektif swasta Ken Whittaker untuk menyelidiki hilangnya putrinya. Whittaker mulai menyelidiki Wilder dan menemukan hubungan antara kasus Kenyon dan Gonzales. Ia menyimpulkan bahwa Wilder adalah tersangka utama dalam kedua kasus itu.
Pelarian Dimulai: Wilder Menghilang
Pada awal Maret 1984, ketika penyelidikan semakin dekat, Wilder menyadari bahwa ia menjadi target utama. Tanpa perencanaan, pada 8 Maret, ia mengumpulkan sejumlah uang tunai dari rekening banknya, mengemas barang-barang penting, dan menghilang dengan Cadillac Eldorado berwarna keemasan miliknya.
Pelarian ini menandai dimulainya enam minggu teror yang akan menghantui negeri. Mengetahui bahwa Wilder melarikan diri, polisi Florida segera mengeluarkan surat perintah penangkapan. FBI juga turun tangan, dan pada pertengahan Maret, Wilder masuk dalam daftar 10 buronan paling dicari FBI.
Perjalanan Melintasi Amerika
Apa yang terjadi selanjutnya adalah perjalanan pembunuhan berantai yang jarang terjadi dalam sejarah kriminal Amerika. Wilder bergerak dari satu negara bagian ke negara bagian lain, meninggalkan jejak korban di belakangnya. Berikut adalah perjalanan teror yang ia lakukan:
11 Maret 1984: Teror di Las Vegas
Tiga hari setelah meninggalkan Florida, Wilder muncul di Las Vegas, Nevada. Di sebuah pusat perbelanjaan, ia mendekati Terry Ferguson, seorang gadis berusia 21 tahun. Menggunakan taktik yang kini menjadi ciri khasnya, ia memperkenalkan diri sebagai fotografer dan menawarkan pekerjaan modeling.
Theresa, yang bekerja sebagai kasir di pusat perbelanjaan, tertarik dengan tawaran tersebut dan setuju untuk mengikuti Wilder. Ia tidak pernah kembali. Tubuhnya ditemukan tiga hari kemudian di danau buatan di Utah, dengan bukti penyiksaan yang mengerikan.
17 Maret 1984: Korban yang Selamat
Di Torrance, California, Wilder mencoba menculik Tina Marie Risico, seorang gadis berusia 16 tahun, dari sebuah pusat perbelanjaan. Namun, alih-alih membunuhnya, Wilder melakukan hal yang tidak terduga. Ia menjadikan Tina semacam "pendamping" dalam perjalanannya. Selama delapan hari berikutnya, ia membawa Tina melintasi beberapa negara bagian, bahkan menggunakannya untuk membantu mendekati korban-korban lain.
Psikolog kemudian berspekulasi bahwa ada sesuatu dalam diri Tina yang membuat Wilder menginginkannya tetap hidup, mungkin ia mengingatkan Wilder pada seseorang dari masa lalunya, atau mungkin Wilder mulai mengembangkan semacam ikatan yang aneh dengannya.
20 Maret 1984: Pembunuhan di Texas
Wilder dan Tina tiba di Beaumont, Texas. Di sana, ia menemukan target berikutnya: Terry Walden, mahasiswa berusia 24 tahun dan ibu dari seorang anak kecil. Terry dilaporkan hilang pada 23 Maret setelah tidak pulang dari kampusnya di Lamar University.
Tubuhnya ditemukan tiga hari kemudian di sebuah kanal irigasi di luar kota, dengan bukti penyiksaan dan pembunuhan yang mirip dengan kasus Ferguson.
25 Maret 1984: Tragedi Oklahoma
Di Oklahoma City, Wilder menculik Suzanne Logan, seorang wanita berusia 21 tahun, dari sebuah pusat perbelanjaan. Seperti korban-korban sebelumnya, ia dibujuk dengan tawaran pekerjaan modeling.
Tubuh Suzanne yang telah disiksa ditemukan keesokan harinya di dekat danau buatan di pinggiran Miami, Oklahoma. Seorang petugas patroli yang menemukan tubuhnya melaporkan bahwa itu adalah salah satu pembunuhan paling kejam yang pernah ia lihat.
29 Maret 1984: Penculikan di Colorado
Di Grand Junction, Colorado, Wilder kembali beraksi di sebuah pusat perbelanjaan. Kali ini korbannya adalah Sheryl Bonaventura, seorang gadis berusia 18 tahun yang bercita-cita menjadi model. Dengan bantuan Tina, Wilder mendekati Sheryl dan membujuknya dengan tawaran pemotretan.
Sheryl terakhir terlihat meninggalkan pusat perbelanjaan bersama seorang pria dan gadis muda yang cocok dengan deskripsi Wilder dan Tina. Tubuhnya ditemukan beberapa minggu kemudian di dekat Kanab, Utah, dengan luka tembak dan tusukan.
1 April 1984: Las Vegas Lagi
Dalam tindakan yang menunjukkan keberaniannya yang mengerikan, Wilder kembali ke Las Vegas. Kali ini ia menculik Michelle Korfman, seorang finalis Teen Model of the Year berusia 17 tahun, dari kontes modeling di sebuah hotel kasino.
Michelle tidak pernah terlihat hidup lagi. Tubuhnya ditemukan beberapa bulan kemudian di Angeles National Forest, California, dalam kondisi yang sudah rusak parah sehingga butuh waktu lama untuk mengidentifikasinya.
10 April 1984: Pembebasan Tina dan Menuju Timur
Setelah hampir sebulan dalam perjalanan melintasi barat dan tengah Amerika, Wilder akhirnya mengarah ke timur. Di Merrillville, Indiana, ia melakukan percobaan penculikan terhadap seorang gadis remaja di sebuah mal, tetapi gagal ketika gadis itu melawan dan berhasil melarikan diri.
Wilder kemudian melanjutkan perjalanan ke New York, dan pada 10 April, ia memutuskan untuk membebaskan Tina Marie Risico. Ia memberikan uang tunai dan tiket pesawat kepada gadis itu untuk kembali ke California, sambil memperingatkannya untuk tidak menghubungi polisi.
Tina, yang berada dalam kondisi trauma berat dan mungkin mengalami sindrom Stockholm, menuruti perintah Wilder. Ia kembali ke California dan tidak melaporkan pengalamannya hingga dua hari kemudian, ketika ia akhirnya menghubungi polisi setelah melihat gambar Wilder di berita.
Akhir Perburuan di New Hampshire
Setelah membebaskan Tina, Wilder melanjutkan perjalanan ke utara. Pada 13 April 1984, sekitar pukul 13:30 siang, ia berhenti di sebuah pom bensin di Colebrook, New Hampshire, dekat perbatasan Kanada. Seorang pegawai pom bensin mengenali Wilder dari pengumuman "Most Wanted" yang ia lihat di televisi dan diam-diam menghubungi polisi.
Dua petugas polisi negara bagian New Hampshire, Leo Jellison dan Wayne Lfebvre, tiba di lokasi beberapa menit kemudian. Mereka mendekati Wilder yang sedang mengisi bahan bakar mobilnya. Ketika Jellison mengidentifikasi diri sebagai petugas polisi dan meminta Wilder menunjukkan tanda pengenal, Wilder tampak tenang pada awalnya.
Namun, ketika Jellison memegang lengannya, Wilder tiba-tiba bergerak ke arah belakang mobilnya, meraih senjata yang disembunyikan di sana. Melihat ini, Jellison mencoba menghentikannya, dan pergulatan pun terjadi.
Dalam kekacauan yang terjadi, dua tembakan terdengar. Satu peluru menembus dada Wilder, keluar melalui punggungnya, dan kemudian menembus dada Jellison, menyebabkan luka ringan. Wilder tewas seketika di tempat kejadian. Ia berusia 39 tahun.
Petugas kemudian menemukan tidak hanya senjata, tetapi juga sejumlah besar uang tunai, beberapa kartu kredit curian, dan foto-foto wanita yang tidak dikenal di dalam mobil Wilder. Sebuah novel berjudul "The Collector" karya John Fowles, yang menceritakan kisah pria yang menculik wanita, juga ditemukan di kursi penumpang.
Penyelidikan Setelah Kematian
Setelah kematian Wilder, penyelidikan berlanjut untuk mengidentifikasi korban-korban lain yang mungkin telah ia bunuh. Di rumahnya di Florida, polisi menemukan ruang bawah tanah tersembunyi yang berisi peralatan penyiksaan, termasuk alat kejut listrik, tali, dan berbagai peralatan fotografi.
Mereka juga menemukan album foto yang berisi gambar puluhan wanita, banyak di antaranya tidak pernah diidentifikasi. Para penyelidik khawatir bahwa beberapa dari wanita-wanita ini mungkin juga menjadi korban Wilder yang belum ditemukan.
Ketika berita tentang kematian Wilder tersebar, Tina Marie Risico memberikan kesaksian lengkap tentang pengalaman mengerikannya. Kesaksiannya memberikan gambaran mendalam tentang perilaku Wilder selama perjalanan itu, termasuk bagaimana ia dengan dingin merencanakan dan melaksanakan penculikan dan pembunuhan.
Beberapa bulan setelah kematian Wilder, tubuh Michelle Korfman ditemukan di California, menambah jumlah korban yang dikonfirmasi menjadi delapan. Namun, nasib korban pertama Wilder, Rosario Gonzales dan Elizabeth Kenyon, tetap tidak diketahui hingga hari ini. Pencarian untuk menemukan jenazah mereka terus dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah berhasil.
Pertanyaan yang Tetap Tak Terjawab
Meskipun Wilder telah tewas dan banyak korbannya telah diidentifikasi, beberapa pertanyaan tetap tak terjawab:
1. Berapa banyak korban sebenarnya? Secara resmi, Wilder dikaitkan dengan delapan pembunuhan di Amerika Serikat. Namun, mengingat jumlah foto yang ditemukan di rumahnya dan fakta bahwa ia tinggal di Amerika selama lebih dari 15 tahun, para penyelidik mencurigai jumlah sebenarnya mungkin lebih tinggi.
2. Apakah ia juga melakukan kejahatan di Australia? Setelah kematian Wilder, polisi Australia menyelidiki kemungkinan keterlibatannya dalam beberapa kasus pembunuhan dan penghilangan wanita di sana, tetapi tidak ada bukti konklusif yang ditemukan.
3. Mengapa ia tiba-tiba mulai membunuh pada awal 1984? Meskipun Wilder memiliki riwayat kejahatan seksual, peningkatan dramatis dalam tingkat kekerasannya pada tahun 1984 tetap menjadi teka-teki. Beberapa ahli berspekulasi bahwa diagnosis kanker prostatnya mungkin menjadi pemicu, memberikan rasa urgensi untuk menindaklanjuti fantasi yang telah lama ia pendam.
Dampak dari Kasus Ini
Kasus Christopher Wilder memiliki dampak yang bertahan lama pada penegakan hukum dan masyarakat Amerika. Perburuan nasional terhadapnya menjadi salah satu operasi terbesar dalam sejarah FBI pada saat itu, melibatkan ribuan agen dan petugas dari berbagai negara bagian.
Kasus ini juga menggarisbawahi bahaya yang dihadapi oleh wanita muda dalam industri modeling dan hiburan. Sebagai tanggapan, banyak agensi modeling mulai menerapkan prosedur keamanan yang lebih ketat, termasuk verifikasi kredensial fotografer dan peraturan yang melarang sesi pemotretan tanpa pengawasan.
Bagi keluarga korban, pengaruh Wilder berlanjut dalam bentuk kesedihan dan pertanyaan yang tak terjawab. Keluarga Rosario Gonzales dan Elizabeth Kenyon, khususnya, tidak pernah mendapatkan penutupan karena jasad mereka tidak pernah ditemukan.
Akhir Kisah
Ketika Wilder tewas di pom bensin New Hampshire pada April 1984, ia membawa banyak rahasia bersamanya. Perjalanan yang berlangsung selama enam minggu itu meninggalkan bekas luka yang dalam di hati Amerika dan mengubah kehidupan banyak keluarga selamanya.
Meskipun Christopher Wilder telah tewas selama hampir empat dekade, kisahnya tetap menjadi pengingat mengerikan tentang bahaya yang bisa bersembunyi di balik wajah karismatik dan pesona dangkal. Bagi para korban dan keluarga mereka, teror Wilder tidak pernah benar-benar berakhir. Dan bagi mereka yang mempelajari perilaku kriminal, kasus "The Beauty Queen Killer" tetap menjadi contoh mengganggu tentang bagaimana seorang predator dapat mengeksploitasi impian dan aspirasi korbannya untuk tujuan yang mengerikan.
Dalam ingatan masyarakat Amerika, musim semi 1984 akan selalu diingat sebagai waktu ketika seorang pembunuh berantai yang tampan dan kaya memburu "ratu-ratu kecantikan" melintasi negeri, menunjukkan bahwa kejahatan bisa datang dalam kemasan yang menarik, dan bahwa iblis terkadang menyamar sebagai pangeran.
Yang Terhormat Pembaca Blog ArsipKriminal,
Kami menghimbau untuk tidak melakukan copy-paste konten tanpa izin. Setiap artikel dibuat dengan usaha dan waktu yang tidak singkat. Untuk mengutip materi, wajib sertakan sumber dengan tautan aktif (backlink) ke laman ini. Keberatan? Hubungi Kami!